Thalasemia yang diidap Suharni (43 tahun), mengharuskannya menjalani kontrol secara berkala dan transfusi darah di rumah sakit, minimal sebulan sekali. Dokter dirumah sakit menyampaikan jika Suharni harus menjalani transfusi darah seumur hidup, agar kondisi kesehatannya tidak menurun. Adapun tindakan lain di samping transfusi darah, Suharni bisa saja menjalani operasi transplantasi sum-sum tulang belakang, akan tetapi hal ini cukup sulit dilakukan karena tidak ada pendonor, di samping biaya yang tidak murah.

Pandemi covid 19, semakin memperparah keadaan Suharni, hal ini membuatnya jarang melakukan kontrol di rumah sakit, disamping ketiadaan biaya Suharni belum bisa meninggalkan anak-anakya yang masih kecil. Ketiaka pandemi Suharni menyampaikan jika ia pernah drop hingga Hb hanya 2 g/dL, “itu sudah lemas, sudah tidak bisa apa-apa,” ungkap Suharni.

(Thalasemia yang Diidap Suharni Semakin Parah)

Sebelumnya Suharni masih bisa menjalani tindakan dan perawatan di rumah sakit, berkat jaminan kesehatan berupa KIS yang ia miliki. Namun, sejak pandemi 2019 tidak tau kenapa KIS yang dimiliki Suharni tak lagi dapat digunakan, mengharuskannya menjalani pengobatan secara umum.

Penghasilan dari kerja serabutan yang dilakukan Suharni baru mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. “untuk saving kesehatan tidak ada, kadang cari pinjaman kesana-kemari untuk berobat, jika sudah ada dana kita kembalikan,” ujar Suharni. Kondisi fisik yang lemah membuat Suharni tidak bisa bekerja terlalu berat, jika terlalu lelah bekerja Hb cepat berkurang yang membuatnya semakin drop.

Suharni berharap agar jaminan sosial yang dahulu ia miliki dapat aktif dan digunakan kembali, akan tetapi Suharni belum ada waktu untuk mengurusnya, selain jauhnya kantor Desa dan kantor Dinas Sosial dari tempat tinggalnya di Dusun Kedungdowo, Kelurahan Sukorejo Kulon, Kecamatan Kalidawir, Kabupaaten Tulungagung, Jawa Timur, dan lagi-lagi dana yang dibutuhkan untuk transportasi cukup besar bagi Suharni dan keluarga.

Semenjak Suharni tidak melanjutkan kontrol di rumah sakit, ia memilih untuk menjalani pengobatan secara alternatif dengan mengkonsumsi obat-obatan herbal yang ia beli secara daring. “Saya semaksimal mungkin menggunakan pengobatan alternatif dan mengkonsumsi obat-obatan herbal karena harganya cukup terjangkau,” tutur Suharni. 

Alhamdulillah, BWA melalui program Sedekah Kemanusian telah menyalurkan donasi kemanusiaan yang telah terhimpun, yang setidaknya dapat memenuhi kebutuhan Suharni dan kelaurga. “Alhamdulillah, selama ini donasi yang kami terima bisa kami gunakan untuk beberapa kali kontrol, beli obat-obatan herbal dan terapi,” sambung Suharni.

Melihat kondisi Suharni yang masih memprihatinkan, BWA kembali mengajak kepada donatur untuk bersama-sama membantu Suharni agar tindakan transfusi darah yang biasa dilakukan tidak terhenti. Semoga niat baik dan sedekah terbaik kita dapat meringankan ujian yang dihadapi Suharni dan keluarga.